tag:blogger.com,1999:blog-56822050016744189252023-11-15T07:43:53.859-08:00Sekilas RupiahAdminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.comBlogger99125tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-75637926636040370632018-11-13T15:47:00.000-08:002018-11-13T15:47:11.619-08:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs RujukanSkor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs referensi kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs rujukan telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs referensi Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% dibandingi perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Padahal di pasar titik, rupiah masih menguat padahal kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Melainkan itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah malahan berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan daya kerja terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Bobot<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab perbaikan dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh informasi perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemodal mengukur perang dagang hal yang demikian pengaruhnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal mengaplikasikan bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Walaupun masih \'berbalas pantun\', tapi biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan memakai bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan diplomasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, berita perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Sedangkan Trump senantiasa menggema semboyan America First, tapi Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Jika impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya akibatnya ialah ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Akhirnya, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pedoman tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan beragam mata uang Asia cakap memanfaatkan kondisi ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-66733604548487065952018-11-13T01:35:00.000-08:002018-11-13T01:35:00.284-08:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs ReferensiSkor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs referensi kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs rujukan telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs referensi Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% dibandingi perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Walaupun di pasar titik, rupiah masih menguat meskipun kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Tetapi itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah bahkan berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan daya kerja terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Muatan<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab perbaikan dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh informasi perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemberi modal mengukur perang dagang hal yang demikian imbasnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal memakai bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Meskipun masih \'berbalas pantun\', namun biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan menggunakan bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan negosiasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, informasi perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Walaupun Trump senantiasa menggema motto America First, namun Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Seandainya impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya akhirnya ialah ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Walhasil, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh petunjuk tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan beraneka mata uang Asia kapabel memanfaatkan kondisi ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-91156362443137324862018-11-10T22:05:00.000-08:002018-11-10T22:05:09.365-08:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs RujukanSkor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs referensi kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs rujukan telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs rujukan Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% dibandingi perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Padahal di pasar titik, rupiah masih menguat meskipun kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Tetapi itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah bahkan berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan performa terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Bobot<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab pembenaran dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh berita perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemberi modal mengukur perang dagang hal yang demikian pengaruhnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal menggunakan bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Sedangkan masih \'berbalas pantun\', tapi biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan mengaplikasikan bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan diplomasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, informasi perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Walaupun Trump senantiasa mengumandang semboyan America First, tapi Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Seandainya impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya akhirnya ialah ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Hasilnya, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pertanda tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan beragam mata uang Asia kapabel memanfaatkan keadaan ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-74526039920145737382018-11-08T23:12:00.000-08:002018-11-08T23:12:05.725-08:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs ReferensiSkor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs referensi kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs rujukan telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs rujukan Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% diperbandingkan perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Meski di pasar titik, rupiah masih menguat padahal kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Tapi itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah pun berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan performa terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Muatan<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab pembenaran dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh berita perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemberi modal mengevaluasi perang dagang hal yang demikian imbasnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal memakai bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Meskipun masih \'berbalas pantun\', namun biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan menggunakan bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan diplomasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, info perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Padahal Trump senantiasa mengumandang semboyan America First, namun Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Jikalau impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya akibatnya ialah ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Kesudahannya, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pertanda tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan beraneka mata uang Asia sanggup memanfaatkan kondisi ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-80121017211579086252018-11-07T07:10:00.000-08:002018-11-07T07:10:02.720-08:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs RujukanSkor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs referensi kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs referensi telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs referensi Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% diperbandingkan perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Meski di pasar titik, rupiah masih menguat walaupun kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Tetapi itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah bahkan berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan daya kerja terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Muatan<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab pembetulan dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh kabar perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemberi modal mengevaluasi perang dagang hal yang demikian pengaruhnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal memakai bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Sedangkan masih \'berbalas pantun\', tapi biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan memakai bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan diplomasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, informasi perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Sedangkan Trump senantiasa mengumandang semboyan America First, tapi Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Jika impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya akibatnya yakni ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Hasilnya, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pedoman tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan pelbagai mata uang Asia sanggup memanfaatkan kondisi ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-66410379362778414612018-11-05T14:00:00.000-08:002018-11-05T14:00:04.566-08:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs ReferensiPoin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs rujukan kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs rujukan telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs rujukan Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% diperbandingkan perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Meski di pasar titik, rupiah masih menguat meskipun kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Tetapi itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah pun berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan daya kerja terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Muatan<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab perbaikan dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh info perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemberi modal mengukur perang dagang hal yang demikian imbasnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal mengaplikasikan bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Walaupun masih \'berbalas pantun\', melainkan biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan mengaplikasikan bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan diplomasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, kabar perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Walaupun Trump senantiasa mengumandang semboyan America First, namun Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Bila impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya alhasil ialah ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Walhasil, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pedoman tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan pelbagai mata uang Asia sanggup memanfaatkan keadaan ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-59457100097573218582018-11-04T23:02:00.000-08:002018-11-04T23:02:11.335-08:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs ReferensiSkor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs referensi kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs referensi telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs rujukan Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% dibandingi perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Meskipun di pasar titik, rupiah masih menguat walaupun kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Tetapi itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah malahan berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan daya kerja terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Muatan<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab perbaikan dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh kabar perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemberi modal mengevaluasi perang dagang hal yang demikian imbasnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal menggunakan bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Sedangkan masih \'berbalas pantun\', namun biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan menggunakan bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan negosiasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, berita perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Walaupun Trump senantiasa mengumandang semboyan America First, namun Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Bila impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya akhirnya yakni ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Alhasil, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pertanda tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan beraneka mata uang Asia sanggup memanfaatkan keadaan ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-10789398656028484212018-11-04T20:17:00.000-08:002018-11-04T20:17:05.946-08:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs RujukanSkor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs referensi kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs rujukan telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs referensi Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% dibandingi perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Walaupun di pasar titik, rupiah masih menguat walaupun kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Tetapi itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah malahan berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan performa terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Bobot<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab perbaikan dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh berita perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemberi modal mengevaluasi perang dagang hal yang demikian imbasnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal mengaplikasikan bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Meskipun masih \'berbalas pantun\', namun biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan menggunakan bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan diplomasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, informasi perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Padahal Trump senantiasa menggema motto America First, melainkan Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Jika impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya alhasil ialah ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Walhasil, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pedoman tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan bermacam-macam mata uang Asia sanggup memanfaatkan kondisi ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-59152364879109041392018-11-01T10:27:00.000-07:002018-11-01T10:27:08.698-07:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs ReferensiPoin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs referensi kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs rujukan telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs referensi Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% diperbandingkan perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Padahal di pasar titik, rupiah masih menguat meskipun kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Tapi itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah pun berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan performa terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Bobot<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab perbaikan dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh informasi perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemberi modal mengukur perang dagang hal yang demikian pengaruhnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal memakai bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Padahal masih \'berbalas pantun\', namun biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan mengaplikasikan bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan diplomasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, berita perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Sedangkan Trump senantiasa menggema semboyan America First, tapi Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Seandainya impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya kesudahannya yaitu ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Hasilnya, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh petunjuk tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan beragam mata uang Asia cakap memanfaatkan kondisi ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-47685346116665855402018-11-01T02:31:00.000-07:002018-11-01T02:31:04.477-07:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs ReferensiPoin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs rujukan kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs referensi telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs referensi Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% dibandingi perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Meskipun di pasar titik, rupiah masih menguat sedangkan kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Melainkan itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah bahkan berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan performa terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Muatan<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab perbaikan dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh info perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemodal mengevaluasi perang dagang hal yang demikian imbasnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal memakai bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Meskipun masih \'berbalas pantun\', melainkan biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan mengaplikasikan bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan negosiasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, berita perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Meskipun Trump senantiasa mengumandang motto America First, namun Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Kalau impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya walhasil merupakan ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Akhirnya, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pertanda tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan pelbagai mata uang Asia kapabel memanfaatkan keadaan ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-65321097867784098532018-10-31T12:06:00.000-07:002018-10-31T12:06:08.651-07:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs RujukanPoin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs referensi kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs rujukan telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs rujukan Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% diperbandingkan perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Walaupun di pasar titik, rupiah masih menguat meskipun kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Tapi itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah malahan berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan performa terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Bobot<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab perbaikan dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh info perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemodal mengevaluasi perang dagang hal yang demikian pengaruhnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal menggunakan bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Sedangkan masih \'berbalas pantun\', namun biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan mengaplikasikan bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan negosiasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, berita perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Padahal Trump senantiasa menggema motto America First, tapi Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Jikalau impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya walhasil yakni ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Kesudahannya, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pedoman tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan pelbagai mata uang Asia kapabel memanfaatkan kondisi ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-23188237109382929122018-10-31T11:39:00.000-07:002018-10-31T11:39:03.258-07:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs RujukanSkor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs rujukan kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs rujukan telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs rujukan Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% diperbandingkan perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Meski di pasar titik, rupiah masih menguat padahal kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Tetapi itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah bahkan berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan performa terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Muatan<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab perbaikan dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh info perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemberi modal mengevaluasi perang dagang hal yang demikian pengaruhnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal mengaplikasikan bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Sedangkan masih \'berbalas pantun\', tapi biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan mengaplikasikan bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan diplomasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, info perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Meskipun Trump senantiasa menggema semboyan America First, melainkan Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Bila impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya kesudahannya yaitu ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Alhasil, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pedoman tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan beraneka mata uang Asia kapabel memanfaatkan kondisi ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-64769806031548863492018-10-30T18:40:00.000-07:002018-10-30T18:40:05.100-07:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs RujukanSkor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs referensi kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs rujukan telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs referensi Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% dibandingi perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Meski di pasar titik, rupiah masih menguat sedangkan kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Melainkan itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah pun berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan daya kerja terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Bobot<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab pembetulan dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh kabar perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemodal mengevaluasi perang dagang hal yang demikian imbasnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal memakai bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Sedangkan masih \'berbalas pantun\', tapi biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan memakai bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan diplomasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, berita perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Sedangkan Trump senantiasa mengumandang motto America First, tapi Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Jikalau impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya alhasil yakni ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Hasilnya, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh petunjuk tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan berjenis-jenis mata uang Asia kapabel memanfaatkan keadaan ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-18742682296112622242018-10-30T13:15:00.000-07:002018-10-30T13:15:04.490-07:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs RujukanSkor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs rujukan kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs referensi telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs rujukan Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% diperbandingkan perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Padahal di pasar titik, rupiah masih menguat meskipun kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Tetapi itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah bahkan berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan daya kerja terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Muatan<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab perbaikan dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh berita perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemodal mengukur perang dagang hal yang demikian imbasnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal menggunakan bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Padahal masih \'berbalas pantun\', melainkan biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan memakai bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan diplomasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, info perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Padahal Trump senantiasa menggema motto America First, melainkan Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Jikalau impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya akhirnya merupakan ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Alhasil, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh petunjuk tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan beragam mata uang Asia cakap memanfaatkan keadaan ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-26871255145381318952018-10-30T09:17:00.000-07:002018-10-30T09:17:24.477-07:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs RujukanPoin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs referensi kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs referensi telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs rujukan Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% dibandingi perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Meskipun di pasar titik, rupiah masih menguat sedangkan kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Tapi itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah bahkan berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan daya kerja terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Muatan<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab perbaikan dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh info perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemodal mengukur perang dagang hal yang demikian imbasnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal mengaplikasikan bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Meskipun masih \'berbalas pantun\', namun biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan menggunakan bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan diplomasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, informasi perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Walaupun Trump senantiasa mengumandang motto America First, melainkan Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Jika impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya akibatnya merupakan ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Kesudahannya, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh petunjuk tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan bermacam mata uang Asia cakap memanfaatkan kondisi ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-76338982115903119332018-10-25T08:53:00.000-07:002018-10-25T08:53:11.566-07:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs ReferensiSkor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs rujukan kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs referensi telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs referensi Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% diperbandingkan perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Padahal di pasar titik, rupiah masih menguat sedangkan kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Melainkan itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah bahkan berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan daya kerja terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Bobot<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab pembenaran dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh kabar perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemberi modal mengevaluasi perang dagang hal yang demikian imbasnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal memakai bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Sedangkan masih \'berbalas pantun\', namun biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan menggunakan bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan diplomasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, berita perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Padahal Trump senantiasa menggema motto America First, melainkan Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Jika impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya alhasil yakni ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Hasilnya, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pertanda tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan pelbagai mata uang Asia sanggup memanfaatkan keadaan ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-30845836965143191632018-10-25T06:50:00.000-07:002018-10-25T06:50:04.743-07:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs ReferensiPoin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs referensi kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs referensi telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs rujukan Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% dibandingi perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Meskipun di pasar titik, rupiah masih menguat meskipun kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Tapi itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah bahkan berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan performa terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Muatan<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab pembetulan dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh info perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemberi modal mengevaluasi perang dagang hal yang demikian pengaruhnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal memakai bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Sedangkan masih \'berbalas pantun\', melainkan biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan menggunakan bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan negosiasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, info perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Meskipun Trump senantiasa menggema semboyan America First, melainkan Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Bila impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya akhirnya yaitu ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Hasilnya, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pertanda tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan bermacam mata uang Asia kapabel memanfaatkan keadaan ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-75106960610579022652018-10-24T16:57:00.000-07:002018-10-24T16:57:15.927-07:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs ReferensiSkor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs referensi kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs rujukan telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs referensi Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% diperbandingkan perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Meskipun di pasar titik, rupiah masih menguat sedangkan kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Tapi itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah malahan berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan daya kerja terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Bobot<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab perbaikan dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh berita perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemberi modal mengukur perang dagang hal yang demikian imbasnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal memakai bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Walaupun masih \'berbalas pantun\', melainkan biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan menggunakan bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan negosiasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, kabar perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Walaupun Trump senantiasa mengumandang motto America First, tapi Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Kalau impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya kesudahannya yakni ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Hasilnya, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh petunjuk tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan bermacam mata uang Asia sanggup memanfaatkan kondisi ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-35745134245626939852018-10-24T13:42:00.000-07:002018-10-24T13:42:03.152-07:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs ReferensiSkor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs referensi kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs rujukan telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs rujukan Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% diperbandingkan perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Meskipun di pasar titik, rupiah masih menguat walaupun kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Tapi itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah pun berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan performa terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Muatan<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab pembetulan dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh berita perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemberi modal mengevaluasi perang dagang hal yang demikian pengaruhnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal menggunakan bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Walaupun masih \'berbalas pantun\', tapi biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan memakai bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan negosiasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, informasi perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Padahal Trump senantiasa menggema motto America First, tapi Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Jika impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya alhasil merupakan ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Alhasil, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pedoman tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan berjenis-jenis mata uang Asia cakap memanfaatkan kondisi ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-40108698623794143022018-10-24T12:05:00.000-07:002018-10-24T12:05:13.163-07:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs ReferensiSkor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs rujukan kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs referensi telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs rujukan Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% dibandingi perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Padahal di pasar titik, rupiah masih menguat sedangkan kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Melainkan itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah bahkan berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan daya kerja terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Bobot<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab pembenaran dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh informasi perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemberi modal mengevaluasi perang dagang hal yang demikian imbasnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal menggunakan bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Padahal masih \'berbalas pantun\', tapi biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan memakai bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan diplomasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, kabar perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Walaupun Trump senantiasa menggema motto America First, tapi Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Bila impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya kesudahannya merupakan ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Walhasil, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pedoman tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan pelbagai mata uang Asia sanggup memanfaatkan keadaan ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-26410950803038263202018-10-24T09:21:00.000-07:002018-10-24T09:21:06.262-07:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs RujukanPoin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs referensi kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs rujukan telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs rujukan Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% diperbandingkan perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Meski di pasar titik, rupiah masih menguat walaupun kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Tapi itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah pun berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan daya kerja terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Bobot<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab pembenaran dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh kabar perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemberi modal mengevaluasi perang dagang hal yang demikian imbasnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal mengaplikasikan bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Walaupun masih \'berbalas pantun\', melainkan biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan memakai bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan negosiasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, informasi perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Padahal Trump senantiasa menggema semboyan America First, melainkan Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Kalau impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya akhirnya yakni ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Alhasil, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pedoman tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan berjenis-jenis mata uang Asia kapabel memanfaatkan keadaan ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-51212392888259422792018-10-22T03:48:00.000-07:002018-10-22T03:48:17.139-07:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs RujukanPoin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs rujukan kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs referensi telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs referensi Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% dibandingi perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Meskipun di pasar titik, rupiah masih menguat meskipun kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Tetapi itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah pun berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan performa terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Muatan<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab perbaikan dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh kabar perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemberi modal mengevaluasi perang dagang hal yang demikian pengaruhnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal menggunakan bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Padahal masih \'berbalas pantun\', namun biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan menggunakan bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan diplomasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, kabar perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Walaupun Trump senantiasa menggema motto America First, namun Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Jika impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya akhirnya ialah ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Hasilnya, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pertanda tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan bermacam-macam mata uang Asia cakap memanfaatkan kondisi ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-14593718552635559322018-10-21T18:06:00.000-07:002018-10-21T18:06:41.666-07:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs ReferensiSkor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs rujukan kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs referensi telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs rujukan Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% diperbandingkan perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Meskipun di pasar titik, rupiah masih menguat walaupun kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Melainkan itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah bahkan berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan daya kerja terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Muatan<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab pembenaran dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh informasi perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemodal mengevaluasi perang dagang hal yang demikian pengaruhnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal memakai bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Sedangkan masih \'berbalas pantun\', tapi biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan memakai bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan negosiasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, berita perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Walaupun Trump senantiasa mengumandang semboyan America First, namun Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Bila impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya akibatnya yakni ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Hasilnya, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pertanda tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan bermacam mata uang Asia kapabel memanfaatkan keadaan ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-67228181172031846692018-10-20T12:04:00.000-07:002018-10-20T12:04:00.854-07:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs RujukanSkor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs rujukan kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs rujukan telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs referensi Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% diperbandingkan perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Meskipun di pasar titik, rupiah masih menguat meskipun kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Melainkan itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah pun berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan daya kerja terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Muatan<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab pembetulan dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh kabar perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemodal mengukur perang dagang hal yang demikian pengaruhnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal mengaplikasikan bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Walaupun masih \'berbalas pantun\', tapi biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan mengaplikasikan bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan diplomasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, info perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Meskipun Trump senantiasa mengumandang motto America First, tapi Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Jikalau impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya akhirnya ialah ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Kesudahannya, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pertanda tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan berjenis-jenis mata uang Asia cakap memanfaatkan keadaan ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5682205001674418925.post-39844514985194454462018-10-18T17:24:00.000-07:002018-10-18T17:24:15.165-07:00Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun di Kurs RujukanSkor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) di kurs rujukan kembali menguat. Apresiasi rupiah di kurs rujukan telah terjadi selama 3 hari beruntun. <br />Pada Jumat (21/9/2018), kurs rujukan Jakarta Interbank Titik Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.824. Rupiah menguat 0,1% dibandingi perdagangan hari sebelumnya. <br /><br />Penguatan hari ini menjadi yang ketiga secara beruntun. Dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, rupiah menguat masing-masing 0,08% dan 0,38%. <br />Walaupun di pasar titik, rupiah masih menguat sedangkan kian menipis. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.825 di mana rupiah menguat 0,1%. <br /><br />Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,2%. Sesaat sesudah pembukaan, penguatan rupiah sempat meninggi. Tapi itu tak berlangsung lama, sebab kemudian apresiasi rupiah bahkan berkurang. <br />Di pasar titik Asia, dolar AS masih cenderung melemah. Rupee India menjadi mata uang dengan daya kerja terbaik, disusul oleh dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia. <br /><br /> Perang Dagang Masih Jadi Muatan<br />Dolar AS memang masih tertekan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah tipis 0,01%. Ini perlu diwaspadai, sebab pembenaran dolar AS kian berkurang dan dapat berbalik menguat kapan saja. <br /><br />Mata uang Negeri Paman Sam terbeban oleh berita perang dagang AS vs China. Karena, sekarang pemodal mengukur perang dagang hal yang demikian imbasnya tak semenakutkan yang disangka. <br /><br />Permulaan minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal memakai bea masuk 10% baru bagi US$ 200 miliar importasi dari China, berlaku mulai 24 September. China juga membalas dengan bea masuk 10% bagi impor produk-produk AS senilai US$ 60 miliar, juga berlaku 24 September. <br /><br /><br />Sedangkan masih \'berbalas pantun\', namun biaya yang dikenakan masing-masing negara lebih rendah dari sangkaan sebelumnya. AS mulanya diperkirakan memakai bea masuk 25%, sementara China 20%. <br /><br />Oleh sebab itu, pelaku pasar membaca bahwa bea masuk ini cuma gertakan jelang pertemuan AS-China. Minggu lalu, Washington dan Beijing mengonfirmasi akan mengadakan diplomasi dagang dalam waktu dekat. <br /><br />Kecuali itu, kabar perang dagang berbalik menjadi bumerang bagi dolar AS. Sedangkan Trump senantiasa mengumandang semboyan America First, namun Negeri Adikuasa masih memerlukan barang impor sebab belum dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. <br /><br />Sekiranya impor dari China kian mahal sebab pengenaan bea masuk, karenanya walhasil yakni ekonomi tarif tinggi. Inflasi akan terakselerasi, sementara pertumbuhan industri dan investasi akan terancam. Alhasil, prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh pedoman tanya. <br /><br />Sentimen ini yang membikin dolar AS susah menguat sebagian hari terakhir. Rupiah dan beraneka mata uang Asia sanggup memanfaatkan keadaan ini dengan membukukan penguatan.<br /><br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/03690489654469951839noreply@blogger.com0